Kisah Cintaku: Masuk Comberan di Acara Ulang Tahun Gebetan
Pernah enggak sih datang ke acara ulang tahun gebetan terus masuk comberan? Gue pernah, sumpah!
Jadi, waktu itu ceritanya dapat undangan ke acara ulang tahun, suwit sepentin lagi. Bedeh… Romantis banget kan pasti?
Awalnya, ketika Gue mengumpulkan niat untuk hadir memang sudah ada firasat buruk sebetulnya. Dulu, kalau acara begini itu identik dengan dress code gitu, ya kan. Nah, kebetulan warnanya hitam.
Terus terang, Gue sih sempet berpikir acara apa sih ini sebenarnya? Sedikit ngeganjal di batin. Kebayang nggak sih kalian, ada acara ulang tahun tapi pakaiannya tuh hitam semua? Haha… Mirip orang melayat.
Berhubung niat banget datang ke acara itu, jadi Gue coba cari-cari deh baju di lemari. Eh ternyata Gue nggak punya baju warna hitam. Misquen sekali… Gimana ya, kepengin pakai kaos oblong tapi kesannya enggak sopan, mau beli baru kok ya eman-eman. Maklum, kantong anak sekolah, Cuy!
Setelah sekian lama memicu peperangan bersama ibu negara dengan mengacak pakaian di lemarinya, akhirnya Gue dapet sebuah kemeja hitam. Tapi, sayangnya ada garis warna merah sedikit. Kalau dilihat dari motif, kemeja ini rasanya milik Bokap.
“Walaupun kesannya sedikit jadul tapi nggak masalah, ya kan,” pikirku.
Setelah itu, untuk mengumpulkan kepercayaan diri Gue bikin janji. Singkat cerita kumpul dengan teman-teman supaya bisa barengan ke tempat acara tersebut. Gue juga sempet tanya pendapat kemeja warisan yang dipakai sekarang ini ke mereka.
“Eh, gimana kemeja Gua, keren kan?”
Jleebb… Pujian enggak dapat, hinaan penuh Gue rasakan. Malahan, sempet mereka berbisik,”kalau dekat Doni, kita pura-pura enggak kenal.”
Anjrit banget kan? Dan parahnya lagi nih, meskipun Gue tahu mereka cuma becanda, tapi sayangnya dipraktikan beneran dong di lokasi. Karena mendapatkan intimidasi, Gue coba ngambek dan memisahkan diri ke pojokan. Gelap dan menyendiri, supaya lebih dapat kesan dramatis gitu.
Langkah demi langkah Gue telusuri, dari jalan yang ukurannya mungkin sekitar tiga meter itu, Gue lebih memilih berjalan di pojok sebelah kanan. Dan kagetnya, tiba-tiba kaki sebelah kanan Gue hilang keseimbangan. Waduh! Sontak gue menjerit, “Akhhh…”
Gimana enggak coba, adek Gue di bawah adu banteng dengan paving jalan. Kan ngilu banget rasanya!
Jujur ya, ngenyutnya itu sih sebenernya bisa ditahan dibandingkan ngenyut di dada yang lihat kawan Gue, eh malah terbahak-bahak bahagia. Seolah-olah tuh, mereka mau semua orang tahu gitu, sialan banget kan?
Beruntungnya karena sedikit remang-remang, Gue sigap dong memanfaatkan keadaan. Kaki yang separuh masuk ke dalam lubang Gue angkat dengan secepat mungkin lalu menghindar pergi dari kerumunan.
Satu-satunya yang ada dalam pikiran Gue saat itu adalah air. Iya, Gue coba cari Musola di sekitar tempat ini secepat mungkin.
Setelah ditelusur, kurang lebih sekitar seratusan meter, Gue berhasil menemukannya. Akhirnya…. Saking girangnya, Gue sempet tuh sambil lari-lari kecil untuk sampai ke depan Musola.
Tapi ketika baru saja mau masuk, ternyata gerbang dikunci. Haduh… terpaksa deh Gue balik lagi.
Belum selesai di situ, penderitaan Gue belum berakhir. Tentunya kalian tahu dong apa alasan Gue lebih memilih cari Musola? Nah, agar semua orang nggak tahu tragedi itu. Kebetulan, keadaan gelap begini cukup membantu berkamuflase.
“Gimana, udah tah?” tanya teman.
“Udah.”
Ketika momen yang sudah kelewat beberapa menit lalu hilang di ingatan, sebuah masalah baru muncul. Tiba-tiba merebak aroma tak sedap keluar, dan itu berasal dari tubuh Gue.
“Bau comberan gitu, Lo?” Memang ya, kawan tuh kadang bisa kapan saja berubah jadi lawan, contohnya seperti sekarang ini.
Berhubung sudah ketahuan basah, yasudah deh Gue pasrah. Gue ceritain ke mereka kalau memang sebetulnya belum dibersihkan, sekaligus, meminta bantuan mencarikan parfum untuk menghilangkan aromanya.
Masih belum puas, berhubung kawan baik, mereka juga membantu mencarikan parfum. Namun, sayangnya semua tamu undangan yang hadir mengku tidak membawa parfum. Hingga akhirnya mereka terpaksa meminta bantuan ke tuan rumah. Apesnya, si Doi justru bertanya, “untuk apa?”
“Itu, si Doni, masuk comberan.”
Mendengar pernyataan itu, mendadak keringat dingin segede gaban mengucur di bokong. Setelah Doi tahu Gue jadi gelisah dan alhasil buru-buru pamitan pulang.***