Lihat Banner Sekeluarga Terpampang di Lungsir Bandar Lampung Bikin Senyum Sendiri, Duh Jadi Ingat Mixue
Belakangan nama Mixue kerap disandingkan dengan tempat kosong. Sebab dimana sebuah ruko kosong, disitulah peluang Mixue bertempat.
Mungkin saja, jika sebuah reklame kosong akan diisi juga dengan gambar maskot Mixue yang identik seperti malaikat.
Tetapi sepertinya gerakan besar Mixue tidak cukup mampu untuk bisa menguasai reklame. Di Bandar Lampung saja misalnya, setiap sudut reklame nyaris tidak pernah kosong.
Ini tidak lain karena peran penting calon-calon pemimpin dan juga deretan kontestan wakil rakyat yang tengah mempersiapkan diri untuk maju Pemilu 2024.
Jika tidak ada mereka, bisa jadi reklame di sepanjang jalan kota akan diisi dengan maskot Mixue.
Namun beruntungnya ada sosok yang percaya diri dan tidak membiarkan itu terjadi. Pasalnya beliau-beliau ini merelakan wajahnya ditempel dengan ukuran besar di sebuah banner– yang kata warganet desainya sangat-sangat estetik sekali.
Bagi masyarakat Kota Bandar Lampung memang sudah tidak heran lagi melihat pemandangan kota yang dipenuhi banner deklarasi. Katanya, sosialisasi.
Bukannya sentimentil, kalau lihat momentum jelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2024, hampir sebagian besar calon memang sudah terang-terangan sebarkan Alat Peraga Sosialisasi (APS).
Iya. Mirip-mirip dengan Mixue tadi, di mana reklame kosong di situlah harus terisi banner sosialisasi.
Menariknya, desainnya selalu seragam yang secara filosofinya mungkin menandakan kekompakan.
Pembedanya, hanya sebatas wajah, nama dan warna saja. Tetapi tidak lupa, wajah harus lebih besar dibandingkan dengan material publikasi yang lainnya. Karena itu memang nilai jualnya.
Namun dari sederet sudut tempat di Kota Bandar Lampung, entah mengapa ketika melintasi Jalan Dipenogoro bikin senyum-senyum sendiri.
Jika dari arah Telukbetung menuju Tugu Adi Pura di sebelah kiri kita akan melihat sosok wanita cantik, wajahnya terpampang besar dan di bawahnya tertulis penegasan silsilah keluarga.
Kurang lebih begini tulisannya,”Anak Kandung Tokoh Penting Kota.”
Nah jika berpaling ke sebelah kanan jalan, ada sebuah reklame yang memperlihatkan sosok ibunya. Saya pikir, itu hal biasa karena mengingat Lungsir dekat dengan kantor pemerintahan kota.
Tetapi ketika kembali berpaling ke depan, nampak reklame yang membuat saya spontan tersenyum dan terlintas di pikiran,”Loh, tadi anaknya, terus itu ibunya, dan ini bapaknya.”
Jujur, saya kagum melihat hal ini. Meski berbeda warna, nampaknya kerukunan keluarga rumah tangga mereka itu tetap terjaga.
Mungkin dapat dikatakan hal ini juga bisa jadi simbol kemerdekaan pendapat. Ketimbang saling sikut dan sibuk berbedat, sepertinya lebih nikmat melihat momen unik ini sembari nyebat.***