Adi Gunawan
Beranda Blog No Debat! Jadi Pengangguran Tuh Perlu Bakat

No Debat! Jadi Pengangguran Tuh Perlu Bakat

Daftar isi:

[Sembunyikan] [Tampilkan]

Bagi seseorang yang baru saja lulus SMA atau jadi sarjana biasanya langsung diserbu berbagai ancaman dunia. Salah satunya pertanyaan,”kerja di mana?”

Tapi kalian tahu nggak sih, pengangguran itu adalah profesi yang mulia, lho! Mengapa demikian? Mari kita ulas satu per satu hingga tuntas.

Jadi gini. Alasan yang membuat profesi pengangguran menjadi salah satu pekerjaan yang mulia terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu: Agama, Lingkungan serta Sosial dan Budaya.

Ketiga aspek tersebut merupakan perspektif sosiologi manusia yang hidup di segala penjuru bumi, baik orang barat maupun orang timur. Dan yang terpenting dia harus menganggur.

1. Agama

Aspek keagamaan itu menjadi aspek terpenting dalam kehidupan. Dimana hakekatnya agama adalah kemampuan dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Nah berangkat dari sini munculah sebuah pertanyaan, mengapa orang tua yang susah payah banting tulang mencari nafkah (uang) untuk membesarkan anaknya, dan ketika anak tersebut sudah tumbuh besar dia mencari uang sendiri?

Bayangkan, ibarat ibu di rumah sudah bangun pagi menyiapkan sarapan, kita justru memasak mie instan? Aneh bukan?

So, dari sini kita belajar bahwa pengangguran sebenarnya ingin menghargai jerih payah orang tua mencari nafkah.

2. Lingkungan

Percaya atau tidak, menjadi pengangguran itu adalah profesi yang berpengaruh besar terhadap lingkungan bahkan negara.

Dalam praktiknya begini. Pertama, pengangguran akan dijadikan objek perbandingan dengan anak tetangga.
Dalam proses membandingkan itu tentu adanya sebuah komunikasi verbal dalam sebuah komunitas kecil di sebuah kampung, khususnya kalangan emak-emak.

Dengan demikian secara tidak langsung pengangguran berperan secara efektif untuk membangun kerukunan bertetangga yang baik.

Tentu hal itu akan berdampak positif juga terhadap citra anak tetangga tersebut.

Kedua, pengangguran itu akan lebih banyak bermanfaat bagi lingkungan, seperti berpartisipasi dalam gotong-royong misalnya.

Dari sektor lingkungan, sangat jelas bahwa seorang pengangguran lebih dominan mengamalkan sila ke tiga dari Pancasila.

3. Sosial dan Budaya

Kehidupan manusia memang tidak luput dari aspek sosial dan budaya. Bahkan Sosial dan budaya menjadi aspek penting untuk diperhatikan terkait ketahanan ruang bagi kebutuhan masyarakat. Lalu apa korelasinya dengan pengangguran?

Justru pengangguran itu menjadi kultur dari negara kita. Sebab apa, pengangguran berhubungan erat dengan tradisi. Tidak ada orang dalam tidak bisa kerja. Itu fakta.

Jangankan di perusahaan tertentu, masih ingat kan viral kecurangan CPNS beberapa waktu lalu?

Per tahun 2021 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ada sebanyak 9,1 juta warga Indonesia menganggur. Jika dibandingkan, angka itu bekali-kali lipat dari jumlah populasi sebuah suku.

Saya sengaja tidak menyebutkan nama suku tertentu karena belakangan, isu suku memang sedang jadi sorotan–Itu lho si anggota DPR ‘anu’.

Anyway, profesi menganggur tuh butuh skill dan kemampuan. Harus bangun pagi, multitalenta: dari membersihkan rumah hingga dituntut bisa melakukan kegiatan pertukangan, dan yang paling penting harus mengerti akuntan dalam mengelola keuangan.

Oleh sebab itu saya bilang jadi pengangguran itu perlu bakat. No debat!***

Bagikan:

Iklan