Skincare Viral Apakah Berbahaya?
Daftar isi:
Dalam beberapa waktu terakhir, produk skincare lokal telah berkembang pesat, banyak di antaranya menjadi viral berkat dukungan influencer dan strategi pemasaran yang cerdik. Salah satu klaim yang sering muncul adalah kemampuan produk untuk mencerahkan kulit secara efektif.
Namun, tidak semua klaim tersebut dapat dipercaya. Di sinilah peran akun TikTok @dokterdetektif, atau yang akrab disapa DokTif, menjadi penting. DokTif melakukan pengujian laboratorium untuk mengungkap kebenaran di balik produk-produk ini.
1. Daviena Sleeping Mask Retinol Booster
Terakhir, ada Daviena Sleeping Mask Retinol Booster, yang mengklaim mengandung 2% Actosome Retinol. Sebelum mengungkap hasil uji, Dokter Detektif menjelaskan bahwa 1% Actosome Retinol setara dengan 0,03% Pure Retinol.
Setelah melakukan uji laboratorium, hasilnya menunjukkan bahwa krim ini hanya mengandung 0,03% Pure Retinol, jauh dari klaim 2% yang tertera pada kemasan.
“Ini jelas merupakan overclaim,” tegas Dokter Detektif, menyoroti pentingnya transparansi dalam industri skincare.
Temuan ini tidak hanya mengecewakan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah bagi konsumen yang mengandalkan klaim tersebut untuk perawatan kulit mereka.
2. MARYAME Beauty Glow Up Cream
Selanjutnya, Dokter Detektif berfokus pada MARYAME Beauty Glow Up Cream, yang mengklaim mengandung 10% Niacinamide. Menyusuri jejak produk tersebut, Dokter Detektif membeli krim itu untuk diuji secara independen. Hasilnya mengejutkan: kandungan Niacinamide hanya 5,3%, yang berarti setengah dari klaim awal.
Dalam videonya, Dokter Detektif mengungkapkan bahwa pemilik MARYAME sempat mengonfirmasi klaim 10% selama sesi live. Namun, setelah mendapatkan hasil uji laboratorium, mereka mengakui adanya kesalahan dan meminta maaf.
“Saya sangat menghargai sikap pemilik yang berani mengakui kesalahan dan berkomitmen untuk memperbaikinya,” tuturnya.
3. SSSKIN Retinol Serum
Pertama, Dokter Detektif menyoroti SSSKIN Retinol Serum. Dalam sesi live di media sosial, pemiliknya, Shella Saukia, mengklaim bahwa serum berwarna pink ini mengandung 1% retinol dan dijual dengan harga Rp700 ribu.
Namun, saat promosi, harga bisa turun menjadi Rp250 ribu untuk dua botol. Klaim tersebut menarik perhatian banyak pembeli yang mencari produk efektif untuk perawatan kulit mereka.
Namun, setelah melakukan uji laboratorium, Dokter Detektif menemukan bahwa kadar retinol dalam serum ini hanya 0,0054%. “Ini sangat jauh dari klaim 1% yang disampaikan oleh Shella,” ungkap Dokter Detektif. Temuan ini menunjukkan potensi risiko bagi konsumen yang berharap mendapatkan hasil sesuai klaim.
Kesimpulan
Melalui ulasan mendalam ini, Dokter Detektif memberikan wawasan berharga bagi para konsumen yang ingin menemukan produk skincare yang benar-benar efektif. Selalu penting untuk memverifikasi klaim sebelum membeli dan tidak mudah terpengaruh oleh hype di media sosial.
Dengan adanya pengujian ini, kita diingatkan akan pentingnya ketelitian dalam memilih produk untuk menjaga kesehatan kulit kita. Semoga informasi ini menjadi panduan dalam mencari skincare terbaik!